... DAKWAH > untuk Kemajuan diri dan Ummat I Qur'an > jantungnya Surat Yaasin I Masjid > jantungnya masyarakat Islam I Shalat berjamaah > jantungnya masjid I Silaturahmi > jantungnya umat Islam I Dakwah > jantungnya agama I Pengorbanan > jantungnya dakwah I Musyawarah > jantungnya pengorbanan I Sami'na wa atha'na > jantungnya musyawarah I Dakwah > maksud hidup I Hidup > dakwah I Dakwah > sampai mati I Mati > dalam dakwah I La ilaaha illallah muhammadur rasulallah ....

Saturday 24 October 2015

Berkah Ketaatan pada Hasil Musyawarah

Ketika Abu Bakar ra memimpin, hari pertamanya ia mengumpulkan para sahabat-sahabat Nabi Saw. Abu Bakar ra menanyakan apa yang menjadi rencana dari Rasulullah Saw yang belum terwujud. Beberapa orang kemudian menyebar untuk mencari tahu. Setelah itu mereka memberi laporan-laporan kepada Abu Bakar ra. Ternyata dari sekian banyak laporan, ada perintah kalau Rasulullah Saw sebelumnya sudah menyiapkan pasukan untuk menyerang Romawi di Syam. Panglima yang ditunjuk Rasulullah Saw adalah Usamah bin Zaid ra berdasarkan putusan musyawarah.

Di Madinah, orang-orang banyak yang tidak sepakat kalau Abu Bakar ra melanjutkan rencana itu, dengan memberangkatkan pasukan. Alasannya karena masih berkabung dengan kematian Rasulullah Saw. Sebagian orang juga tidak setuju dengan kepemimpinan Usamah bin Zaid ra, karena masih dianggap belum berpengalaman. Lagi pula dalam rombongan yang telah dibentuk, ada banyak kalangan orang tua dan tokoh-tokoh terkemuka. Mereka khawatir, jika orang-orang ini syahid akan menambah masalah politik yang belum reda. Belum lagi, ada nabi palsu yang muncul, Mushailimah. Selain itu, banyak juga yang berniat murtad (Al-Imran ayat 144).


Namun akhirnya, Abu Bakar ra tetap memilih melanjutkan apa yang telah diputuskan dari musyawarah sebelumnya. Mereka akhirnya mau menerima. Namun begitu, Umar bin Khattab ra menolak, jika pasukan tetap dipimpin oleh Usamah. Alasannya pasti kocar-kacir, walau jumlah pasukan tergolong besar. Kali ini Abu Bakar ra tetap pada pendiriannya. “Apakah kamu akan memecat, orang yang sudah diangkat oleh rasul?” tanya Abu Bakar ra pada Umar ra. Umar ra akhirnya terdiam.


Berkah dari kepatuhan Abu Bakar ra pada hasil musyawarah, sangat nyata. Pasukan Islam yang dipimpin Usamah bin Zaid ra, akhirnya menang. Bahkan, orang-orang murtad yang ingin memberontak ke Madinah, akhirnya mundur. Karena mereka mengira Madinah sudah aman. Dengan asumsi, jika pasukan yang diberangkatkan ke Madinah saja dengan kekuatan besar, maka pertahanan di Madinah pasti lebih kokoh.


Sebenarnya kepemimpinan Usamah bi Zaid sudah menjadi polemik pada zaman Rasulullah Saw. Mereka merasa tidak puas dengan keputusan Rasul dari hasil musyawarah, kalau Usamah ra itu bukan orang yang tepat. Rasulullah Saw waktu itu tetap dengan pendiriannya pada hasil putusan musyawarah, dengan mengatakan,”kalian meremehkan Usamah seperti kalian meremehkan ayahnya (Zaid) dulu.” 


Jadi, apa pun kenyataannya, walaupun tidak sesuai dengan logika, penuh banyak kesulitan-kesulitan, hasil putusan musyawarah harus ditaati. Jangan buat musyawarah baru, dari musyawarah sebelumnya. Karena ada keberkahan pada ketaatan.


Ketika misalnya dalam putusan musyawarah ditunjuk sebagai petugas mutakallim misalnya, seorang yang nampak lemah, bodoh, orang lemah amal, dan lemah ilmu. Namun, putusan amir yang nampak bertentangan itu, jika dilandasi dengan ‘tata tertib’ musyawarah sesuai dengan adab-adab musyawarah, maka perlu dan wajib ditaati. Musyawarah didahulukan dengan membaca do’a ilham, lalu peserta musyawarah harus banyak-banyak bershalawat. Juga musyawarah yang dikedepankan kepentingan untuk umat. Singkirkan kepentingan pribadi.     


Subhanallah wa bihamdihi, Subhanakallahumma wa bihamdika Asyhadu Allaailaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik     


Tuesday 6 October 2015

Kalau rajin pergi ke majlis ta’lim, ketemu guru, belajar ilmu agama, kebiasaan ini sangat bagus. Dalam sebuah hadis yang mafhumnya, orang yang menempuh jalan untuk ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga. Bahkan para malaikat akan merengkuhkan sayapnya bagi para pencari ilmu (karena dihormati). Dengan mendatangi para guru, ahli ilmu, maka ilmu yang akan didapatkan mendatangkan keberkahan. Pahalanya berlipat karena ada unsur silaturahmi juga.

Namun begitu, jika hanya bolak-balik majlis ta’lim saja, sementara di rumah sendiri tidak dibuat ta’lim untuk penghuni rumah menjadi kurang lengkap. Ibaratnya dengan bolak-balik pengajian hanya membawa agama sampai depan pintu rumah saja. Dengan membuat ta’lim rumah agama menjadi hadir di dalam rumah. Kepala rumah tangga bukan hanya wajib tunaikan soal nafkah lahir, nafkah batin berupa pendidikan agama juga perlu diwujudkan (Qs. At-Tahrim : 6). Tujuan utamanya, agar bergairah dalam mengamalkan agama dengan sempurna 24 jam. Rumah orang Islam yang hidup ta’limnya tidak akan seperti bioskop, restoran, apalagi mirip warnet.  


Seperti yang kita ketahui, keutamaan ta’lim akan mendatangkan sakinah, dan dikerumuni malaikat (HR. Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah). Jika malaikat sering kunjung ke rumah yang ada ta’limnya maka sifat-sifat malaikat yang taat pada Allah Swt, akan menular kepada para penghuni rumah. Akibatnya untuk menjalankan sunnah-sunnah (terlebih yang wajib), juga akan menjadi lebih mudah. Anak-anak menjadi rajin shalat berjamaah, sehingga keluarga sakinah dan keberkahan hidup berumahtangga semakin berlimpah.



Abu Hurairah dan Abu Said Radiallahuanhuma, keduanya menyaksikan Rasulallah Saw bersabda, tidak lah sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah, kecuali malaikat akan mengerumuninya dan dinaungi rahmat, dan diturunkan sakinah, dan Allah akan menyebut nama-nama (dari kelompok itu) di hadapan majlis para malaikat. (HR. Ibu Abi Syaibah, Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi). 
Dalam redaksi Hadis yang lain,
Dari Abu Hurairah ra, Rasullallah Saw bersabda,"tidak berkumpul suatu kaum dalam suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkan sesama mereka, kecuali diturunkan kepada mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat akan mengerumuni mereka, dan Allah akan menyebut nama-nama mereka di sisi-Nya (majelis para malaikat)." (HR. Muslim dan Abu Daud). 

Cara membuat ta’lim rumah :



  • Sampaikan kalam dakwah beberapa menit sebelum dimulai.
Allah Maha Pencipta, Maha Merajai, Maha Pemberi Rezeki.
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Allah Maha Mengetahui.
  • Waktunya saat semua keluarga dapat berkumpul.
  • Lamanya 30 menit-1,5 Jam. Awali minimal 10 menit dahulu, yang penting dapat istiqomah. Terutama waktu ta’lim juga perlu istiqomah setiap hari.
  • Yang duduk dalam ta’lim adalah muhrim hakiki.
  • Wujudkan fadhilah; shalat, dzikir, Qur’an, tabligh, sedekah, ramadhan, hikayatussahabah. (utamakan fadhilah shalat dan hikayatussahabah). Kitab riyadussalihin juga bisa dibuat untuk ta’lim rumah. Terjemahan kitab ini juga boleh.
  • Sesekali bacakan adab-adab ta’lim. Jika tidak bisa tertib, ingatkanlah secara bijak. Jika tidak bisa, biarkan saja. Tetap adakan semampunya.
  • Setelah membaca fadhilah Qur’an, utamakan langsung membuka Qur’an untuk dibaca secara bersama-sama. 1-2 ayat tidak mengapa, yang terpenting bisa istiqomah.    
Insya Allah niat amal dan sampaikan pada yang lain..

Wallahu a’lam

 
Sumber : http://badru-zaman.blogspot.com