... DAKWAH > untuk Kemajuan diri dan Ummat I Qur'an > jantungnya Surat Yaasin I Masjid > jantungnya masyarakat Islam I Shalat berjamaah > jantungnya masjid I Silaturahmi > jantungnya umat Islam I Dakwah > jantungnya agama I Pengorbanan > jantungnya dakwah I Musyawarah > jantungnya pengorbanan I Sami'na wa atha'na > jantungnya musyawarah I Dakwah > maksud hidup I Hidup > dakwah I Dakwah > sampai mati I Mati > dalam dakwah I La ilaaha illallah muhammadur rasulallah ....

Saturday 30 January 2016

Contoh Bayan Wabsy

# Pengantar
Bayan wabsy adalah bayan pembekalan. Pembekalan, agar setelah latihan selama 3 hari, ada bekal saat kembali ke tempat tinggal masing-masing (maqomi).  Bayan wabsy, disebut juga sebagai bayan tangguh. Dikatakan bayan tangguh, karena kerja dakwah sementara ditangguhkan. Bukan selesai, karena 3 hari. Tapi ditangguhkan, untuk diteruskan 3 hari bulan depan, untuk bisa dakwah lagi di rumah, di kantor, di sawah, dan di semua tempat yang ada manusia.

Bayan ini selayaknya disampaikan oleh orang yang sudah bagus kerjanya. Dalam arti, kalau bisa, mahallah-nya sudah hidup 5 amal. Juga, sudah memiliki masturoh yang pernah keluar.

Jika untuk bayan hidayah, memilih orang yang ‘kuat,’ agar ‘kuat’ selama 3 hari latihan dakwah perbaikan diri. Maka bayan wabsy, juga dipilih orang yang ‘kuat’ agar ketika pulang ke mahallah masing-masing, para jamaah juga ‘kuat’ menghadapi tantangan dakwah di maqomi. Wajar, kalau pesan-pesannya, untuk mengingatkan kembali ke arah taklim rumah-taklim masjid (taklimataini),  jaulataini,  usaha atas pelajar, usaha atas masturoh, musyawarah harian, hidmat kepada ulama.

Lalu, bagaimana seandainya penguatan ke arah infirodi para da’i. maka disampaikan, penting untuk menjaga 5 T. Lima amalan, khas para da’i. Sebetulnya, untuk paham soal dakwah, tidak cukup hanya membaca blog ini. Tulisan di-blog ini, hanya bersifat ‘pengikat’ ilmu. Barangkali ada yang lupa. Dari contoh bayan wabsy ini, menjadi lebih ingat. Kerja dakwah adalah berhadapan dengan umat. Kepahaman hanya ada dalam mujahadah.

Berikut ini, contoh 5 yang dimaksud.

# Contoh bayan wabsy

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hadirin yang dimuliakan Allah Swt. Kita ucapkan alhamdulillah, karena Allah masih mencintai kita. Allah pilih kita, dari sebagian hamba-Nya, untuk berpartisipasi atas usaha perbaikan agama. Usaha penyebaran agama Islam. Usaha agar semua orang muslim, paham agama, sehingga semuanya mau amalkan agama.

Tandanya Allah mencintai hamba-Nya, maka didekatkan, dipahamkan usaha atas agama.  Dalam sebuah shahih, dari Muawiyah radhiallahu ‘anhu, yang mafhumnya, “jika Allah menghendaki kebaikan, maka Allah fahamkan atas agama.”  

Seperti umat muslim yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Ramadhan adalah latihan. Begitu pula, selama kita lewati 3 hari kemarin, kita juga latihan. Latihan untuk menghadapi medan yang sesungguhnya. Yaitu di maqomi. Menghadapi probelamatika umat, di kampung sendiri. Di tempat kita tinggal masing-masing.

Maqomi ini penting. Jika diibaratkan, khuruj adalah pesawat, maka maqomi adalah landasannya. Pesawat terbang ke mana-mana, suatu saat akan turun juga. Akan landing. Kalau maqomi tidak dibuat sungguh-sungguh, ibarat landasan seperti sawah. Tentunya, pesawat yang landing di sawah, barangkali tetap bisa landing, tapi susah untuk terbang lagi, karena landasannya kurang baik.

Nah, kali ini, yang perlu diingatkan adalah bekal para da’i dalam menjaga 5 T. Da’i Allah adalah pilihan Allah. Kerena kerja da’i adalah kerja para Nabi. Jadi, musuhnya adalah para syaitan. Bentuknya ada dari kalangan jin, dan ada pula yang berbentuk manusia. Orang-orang yang menjadi penghalang dakwah, adalah orang yang sudah disusupi sifat-sifat syaitan. Yakni, berusaha menjauhkan manusia dari Allah. Sedangkan tugas para da’i sebaliknya. Mengajak untuk taat kepada Allah. Menyiapkan bekal, untuk kembali ke akhirat.

Kita berhadapan dengan mereka. Kadang, ada dalam rumah sendiri dan dari luar. Tugas para da’i yang berat ini, orang tua kita pernah sampaikan, agar menjaga 5 hal. Atau 5 T. Antara lain; Takbiratul ‘ula, Tahajud, Tilwatil qur’an, Tasbihat, dan Tunduk pandangan.

Takbiratul ‘ula, maksudnya menjaga sholat sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi. Yakni, shalat di awal waktu, tempatnya masjid, dengan cara berjamaah. Alangkah aneh, kalau seorang da’i yang masbuq. Shalatnya selalu tertinggal dalam berjamaah. Bagaimana mungkin, kalau da’i yang memikirkan umat, kalau dia sendiri masalah shalat, selalu tertinggal. Orang yang peduli dengan agama, salah satunya peduli tentang shalat.  Lebih aneh lagi, kalau seorang da’i malah shalat wajib, dikerjakan selalu di rumah. Contoh dari siapa? Nabi selalu kerjakan di masjid, kalau shalat-shalat fardu. Jadi, peganglah takburatul ‘ula bersama imam. Insya Allah…

Yang kedua, tahajud. Tahajud adalah jalan menuju Allah, pada waktu-waktu khusus. Dimana setiap orang banyak yang tertidur, para da’i tawajjuh menghadap Allah. Siangnya, di waktu terang, menghadap umat, tapi hatinya, di waktu malam, menghadap Allah. Agar, setiap waktu setiap keadaan, selalu tawajjuh hanya kepada Allah. Mengemis, menangis hanya pada Allah. Orang yang berdakwah wajah dan hatinya menghadap makhluk, akan dihukum Allah. Hukumannya, akan dibenci makhluk, yang kedua hatinya menjadi keras. Ruh agama keluar dari dirinya. Sehingga, dakwahnya kekurangan ruh. Orang yang dakwah tanpa tahajud, seperti robot. Dakwahnya sukar diamalkan. Padahal, hakikat dakwah adalah perbaikan diri sendiri. Syariatnya, menghadap kepada makhluk.

Insya Allah, niat untuk selalu bangun tahajud. Insya Allah…

Berikutnya, ketiga. Tilawatil Qu’ran. Kalamullah harus meresap pada hati setiap da’i. Hati diibaratkan Nabi seperti besi yang mudah berkarat. Pembersihnya adalah membaca Qur’an. Siapkan waktu-waktu khusus untuk membaca firman-firman Allah. Minimal 1 juz setiap hari. One day, one juz. Atau kalau tidak sanggup, 100 ayat setiap hari.

Insya Allah.. niat amal.

Keempat. Tasbihat. Jaga zikrullah. Agar kita selalu ingat, kalau yang dihadapi adalah makhluk-makhluk Allah. Sedangkan semua makhluk Allah, ada dalam genggaman Allah. Hati yang selalu berdzikir, adalah hati orang yang hidup. Sedangkan orang dikatakan mati, apabila hatinya jauh dari dzikrullah.

Persoalan urusan dunia akhirat, selesaikan dengan berdzikir pada pagi dan petang. Dzikir setelah shalat shubuh dan asar. Ada banyak ayat Qur’an yang memerintahkan supaya banyak dzikir pada pagi-petang. Semua makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan bumi, beribadah pada pagi dan petang.
Baca tasbih, tahlil, terutama kalimatuttayiibah, la ilaha illallah..

Insya Allah..

Terakhir, kelima. Tunduk panangan. Pandangan, kata Sayyidina Ali KW, yang terlontar seperti panah syaitan, jika melihat wanita yang bukan muhrim. Orang yang menjaga pandangnya, akan bersinar hatinya. Sebaliknya, orang yang kurang bisa menjaga pandangan, nur pada wajahnya akan pudar perlahan-lahan. Apalagi bagi para hafiz Qur’an. Jika kurang bisa menjaga pandangan, akan berkurang ayat demi ayat yang dihafal. Wajahnya akan menghitam, karena maksiat.

Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, akan merasuki kalbu. Jadi, mata yang tidak bisa terjaga, akan membuat kalbu menjadi kotor. Hati yang kotor, akan sukar menerima perintah Allah. Kata-kata, dan perbuatannya juga akan sulit mengajak orang lain, untuk taat pada Allah.

Wajah para da’i itu berseri-seri, penuh dengan nur kalamullah. Bukan hanya karena wudhu saja. Meski kulitnya hitam, selalu ada nur, akibat menahan pandangan dari yang diharamkan.
Insya Allah.. niat Amal dan sampaikan.

Apa yang benar, selalu dari Allah. Yang buruk, yang salah.. dari diri kita sendiri.

Subhanallah wa bihamdihi, Subhanakallahumma wa bihamdika Asyhadu Allaailaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik  

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
 


   






Tuesday 26 January 2016

Kaki Anak-Anak Masuk Masjid

Hari ini, kami baru pulang nisab 3 hari. Di sebuah masjid tetangga. Masjid besar dengan jamaah yang sudah makmur. Masjid yang mengutamakan kebersihan. Masjid ummat yang dibangun oleh pemerintah. Ada 1000 kepala keluarga di tempat itu.  Namun, nasibnya sungguh mengkhawatirkan. Beberapa Ahbab tempatan yang sudah pernah 3 hari banyak yang malu-malu. Yang sudah pernah 40 hari juga sama.

Syukur, Alhamdulillah akhirnya, kami juga sampai di sana. Kami memulainya dari hari Sabtu. 3 orang saja. Sudah sering kami begitu. 3 orang, asal semuanya mau turun-naik gantian 'bayan,' semuanya siap jadi mutakkallim, kuat amal, pasti jadi. Karena Allah bersama kami.

Kami emang agak 'gembel.' cukup dengan 2 suprah, 2 nampan, gelas plastik seadanya, ditambah rice cooker, sudah bisa jadi alat hidmat andalan. Kami menghindari banyak minum kopi, atau minuman ringan lainnya, agar lebih mujahadah. Teko plastik juga enggak dibawa. Pokoknya seringkas mungkin. Bahkan kami tidak pakai matras -- apalagi kasur. Juga tidak dengan "jaring anti nyamuk." bahkan, sengaja tidak pakai 'obat nyamuk oles dan sejenisnya,' agar mudah bangun tahajjud-nya. Nyamuk? Mana ada di Jakarta yang enggak ada nyamuknya. Pasti ada.

Hari pertama akhirnya nambah satu orang. Hari berikutnya juga sama, nambah satu orang lagi. Sayangnya orang tempatan, masih malu-malu. Akhirnya hanya banyak anak-anak kecil. Kira-kira ada 7 orang yang sering berjamaah.

Anak-anak ini rupanya ada masalah hafalan. Tak ada satu pun dari mereka yang hafal Qur'an. Bahkan setingkat Juz' amma, jarang yang bisa mengaji. Akhirnya mereka kami ajarkan do'a ilham. Sudah bolak-balik, mereka juga belum hafal. Rata-rata mereka semua tingkatan SD. Hanya satu orang yang SMP. Do'a ilham berguna untuk menghadapi ujian sekolah. Syaratnya harus belajar sungguh-sungguh. Nah, waktu ujian, harus banyak istirahat. Tinggal baca do'a ilham, agar mereka jadi ingat apa yang mereka pelajari sebelumnya.

Tapi dengan hati yang tulus, niat yang bersih, alhamdulillah mereka semua sudah hafal. Tapi bareng-bareng. Kompak banget. Kalau sendirian. Diuji satu demi satu, masih berantakan hafalannya. Hanya 2 orang yang hafal (cerdas). Hari ke-dua, kami ajari do'a masuk masjid. Dan harus pakai kaki kanan. Kalau pakai kaki kiri, berarti belum ngerti agama. Keluar masjid, harus dengan kaki kiri. Juga ada do'anya.

Setelah pelajaran soal do'a masuk masjid, esok harinya anak-anak itu rupanya duduk di depan pintu masjid. Mereka akan menebak setiap ada yang masuk masjid pakai kaki yang mana. Ada orang tua yang masuk ke masjid, rupanya anak-anak itu langsung protes. Kok, ada yang masuk ke masjid pakai kaki kiri. Ketika ia tanyakan kepada saya, saya jawab, mungkin saja mereka lupa.  

Tak lama ada 1 dari 7 orang anak yang masuk ke masjid. Tapi kaki kiri terlebih dahulu. Lalu saya perintahkan keluar dahulu, lalu masuk lagi pakai kaki kanan. Dengan malu-malu, anak itu akhirnya mau melakukannya.

Setelah kejadian itu, rupanya mereka ingin "balas dendam." Setiap orang yang 'bergamis' di antara kami diperiksa apakah pakai kaki kanan, atau kiri dahulu kalau masuk masjid. Termasuk saya, mereka langsung amati. Alhamdulillah ga ada satu pun dari ahbab yang I'tikaf masuk ke masjid dengan kaki kanan. :) Barang kali alasannya 2 hal; Pertama, kami mengajarkan dengan mencontohkan. Kedua, kami memuliakan masjid. Di rumah Allah mana pun, kami insya Allah pakai kaki kanan. InsyaAllah..

Mulai sekarang, anak-anak di daerah itu, insya Allah akan melangkah ke tempat kebaikan, dengan kaki-kaki mungil mereka sebelah kanan. Bagaimana dengan bapak2nya?