... DAKWAH > untuk Kemajuan diri dan Ummat I Qur'an > jantungnya Surat Yaasin I Masjid > jantungnya masyarakat Islam I Shalat berjamaah > jantungnya masjid I Silaturahmi > jantungnya umat Islam I Dakwah > jantungnya agama I Pengorbanan > jantungnya dakwah I Musyawarah > jantungnya pengorbanan I Sami'na wa atha'na > jantungnya musyawarah I Dakwah > maksud hidup I Hidup > dakwah I Dakwah > sampai mati I Mati > dalam dakwah I La ilaaha illallah muhammadur rasulallah ....

Monday 28 December 2015

Bayan hidayah Nisab 3 Hari


# Pengantar
Bayan hidayah, adalah bayan pembuka. Pembuka hidayah. Dengan bayan ini, diharapkan ada kekuatan selama 3 hari. Kalau jamaah susah diatur amir, pecah tertib-pecah hati, barangkali karena bayan hidayahnya, juga asal-asalan. Penyampaian bayan hidayah ini, perlu orang-orang tertentu yang membawakan. Bukan sembarangan orang. Sebaiknya yang sudah paham dakwah, juga punya pengorbanan yang besar untuk agama. Dakwah sudah melekat, menjadi sifat dalam keseharian. Terutama, dinilai dari amalan infiradi-maqomi-intiqoli, yang dianggap paling baik di antara yang hadir di tempat itu. Lebih baik lagi, kalau petugas bayan hidayah, ahliyahnya sudah pernah keluar masturah. Ini lebih sempurna. Benih yang tepat, ada pada tanah yang subur. Jika tanah subur saja kurang bisa tumbuh yang baik, apalagi pada tempat yang cadas, keras lagi gersang. 

Selain itu, dalam petugas bayan hidayah, hendaknya shalat hajat 2 rakaat terlebih dahulu. Do'a agar para jamaah Allah berikan kepahaman. Karena bayan hidayah yang akan kita sampaikan, belum tentu bisa dipahami sebagus apa pun penyampaian. Yang berikan paham hanya Allah. Tawaddu' penuh pengharapan, penuh adab kepada Allah. Agar dapat tawajjuh, sebaiknya do'a mohon hidayah, mohon dibukakan ilham.

Berbeda dengan bayan wabsy yang menitikberatkan pada perlunya perbaikan amalan maqomi. Materi bayan hidayah, sebenarnya menyangkut masalah 'pembuka hati' atau pemancing hidayah. Kemudian, tambahkan dengan ushul-ushul dakwah. Ingatkan soal tata tertib pada amir, beberapa hal yang perlu diperbanyak, yang harus ditinggalkan, dan lain-lain. Ulang-ulang. Ingatkan kembali soal dua hal tadi; pembuka hati dan ushul-ushul dakwah. Tambahkan juga, maksud perbaikan untuk keluar 3 hari untuk apa. Sampaikan harapan perbaikan soal 5 hal; Niat perbaikan aqidah, perbaikan ibadah, perbaikan mu’amalah, perbaikan mu’asyarah, serta perbaikan akhlaq.
Kalau soal penyampaian ushul-ushul dakwah, sudah banyak paham. Kita abaikan saja. Lalu bayan pembuka hati. Para ulama, sarankan agar bayan hidayah ini seperti bayan para nabi. Materinya seperti panggilan azan. Dalam azan, dikenalkan dahulu "Allahu Akbar." Baru isi dengan mengenalkan keagungan Allah, sifat-sifat Allah, rasa cinta kepada Nabi dan sahabat, dan seterusnya. Sehingga urutannya, kira-kira sebagai berikut ;  

+ Panggil dengan kebesaran Nama Allah (Allahu Akbar 2x)
+ Kenalkan Allah (Asyhadu alla ilaha illallah)
+ Kenalkan Rasul (Asyhadu anna Muhammadar rasulallah)
+ Ajakan atau tasykil iman dan amal sholeh
+ Berikan fadhilah iman dan amal sholeh
+ Yakinkan adanya Allah. Tiada Tuhan selain Allah. 

Do'a. berdo'a adalah senjata orang muslim. Apa pun berkah, jika ada do'a dalam suatu amal. Tutuplah dengan do'a setelah penyampaian bayan hidayah.  Sebaiknya, orang yang memiliki ruh tinggi dalam dakwah yang diutamakan sebagai pemimpin do'a. Berdo'a agar para ulama, tokoh masyarakat, dibukakan hidayah. Disatukan hati sebagai sesama muslim. Terutama untuk para jamaah, agar dikuatkan imannya. Diberikan kesatuan langkah, kesatuan hati. 

# Contoh bayan hidayah untuk 3 hari
Allah Subhanahu wa ta'ala  Maha Kuasa. Kekuasaan Allah tanpa batas. Sedangkan makhluk-makhluk Allah, jika diberikan kekuasaan, maka ada batasnya. Punya gelar-pangkat-jabatan,  hanya di dunia saja. Juga ketika berkuasa di suatu tempat,  tempat lain, bukan dibawah kekuasaannya. Jendral bisa pensiun, atasan bisa turun. Ada masanya, ada waktunya. Kekuasaan suatu kelompok, suatu negara, atau barang kali suatu bangsa, dipergilirkan. Dulu ada Romawi, ada juga Persia. Bahkan Islam juga pernah berjaya. Namun, semua itu, lagi-lagi ada masanya. Ada ajalnya.

لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌۚ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَٔۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ ٤٩

Kepintaran-kepandaian  manusia, bisa berkurang, karena waktu. Semakin lama, semakin tua, malah semakin banyak yang lupa. Bahkan, kepintaran-kepandaian manusia  bisa hilang sama sekali. Sedangkan Allah, Maha Alim. Maha Mengetahui. Kekuasaan Allah, sejak dahulu, sampai kapan pun tetap berkuasa. Seandainya seluruh makhluk-makluk, enggan taat pada Allah, maka sama sekali tidak akan membuat Allah menjadi turun derajat-Nya. Allah tidak akan pensiun, tidak lupa, tidak pikun, juga tidak akan hilang kekuasaan-Nya sampai kapan pun. Walaupun seluruh manusia di dunia ini, tidak taat pada Allah. Allah tidak rugi. Justru manusia yang rugi. Karena Allah yang merajai langit-bumi, dan penguasa seluruh alam semesta beserta isinya.

لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ ٢٨٤

Kepunyaan Allah. Apa-apa yang ada dilangit, apa-apa yang ada di bumi.  

Hari ini, dengan kemuliaan-keagungan Allah, juga karena kehendak Allah. Kita hadir di sini. Kita dipertemukan, dikumpulkan di majelis yang mulia ini, karena Allah pilih kita, karena Allah melihat, Allah Mengetahui ada amalan-amalan kita yang diterima oleh Allah. Sehingga dengan amal yang kita tidak sadari itu, Allah dudukkan di tempat yang sangat mulia ini, dalam rangka untuk islah diri. Tazkiyatunnafs (membersihkan jiwa). Kita sama pasang niat, hanya untuk perbaikan diri.

Setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, pekerjaan tetap yang beliau lakukan adalah berdakwah. Perintah shalat sudah ada, namun belum di-syariatkan kepada kaum Muslimin. Kewajiban shalat, ada kira-kira tahun ke-11 dari kenabian, setelah Isra Mi'raj. Dari itu, para sahabat yang termasuk orang awwalun, seperti Ja'far bin Abu Thalib, hanya melakukan perintah wajib berdakwah, sewaktu Hijrah ke Habasyah.

Dakwah yang dilakukan sahabat pada waktu itu, adalah dakwah aqidah, sekaligus dakwah bid dakwah. Dakwah untuk menyakinkan diri, kalau Islam yang baru mereka anut, adalah pilihan yang benar. Caranya dengan mengajak keluarga, tetangga, karib-kerabat untuk memilih jalan Islam. 

Ragam dakwah, kata para alim-ulama, ada banyak jenis. Misalnya; dakwah bil hal (menyumbang), dakwah bil kutub (belajar di majlis ta'lim), serta dakwah bid dakwah (dakwah mengajak orang juga berdakwah), dan banyak lagi. Sedangkan dakwah di jaman kita, lebih banyak dakwah dengan tema iman dan amal soleh.

Sehingga dakwah ini adalah jalan para Nabi- Rasul yang sangat penting. Dakwah menjadi penguat keimanan seseorang. Apalagi banyak yang baru memeluk Islam. Tentunya butuh dakwah. Hanya dengan cara berdakwah, keyakinan akan bertambah.   

Rasulallah Saw, adalah Nabi terakhir. Sehingga tugas kenabian diwariskan kepada umatnya. Karena sifatnya warisan, semua orang muslim, berhak mendapatkan tugas yang mulia ini. Tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, kalau seorang muslim, maka ada kewajiban dakwah. Walau pun tidak sejajar dengan para Nabi, umat Nabi dijadikan naib atau wakil dari kerja Nabi. Jadi kita, umat Nabi mengambil kerja Nabi, hanya semata-mata sebagai wakil, karena tidak ada Nabi lagi yang turun untuk memperbaiki syariat. Jadi, karena warisan, bagi yang tau, bagi yang mau saja. Tidak ada paksaan.
Allah perintahkan dalam al-Qur'an ;

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤

"Hendaklah ada diantara kamu (Ya ummata Muhammadin), yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran [3] ayat 104).

Jadi orang yang beruntung, adalah orang yang mengambil kerja dakwah ini. Kalau kita berfikir tentang dakwah, terkadang yang terpikir adalah orang lain. Yang terpikir adalah obyek dakwah. Padahal, hakikat dakwah adalah untuk islah diri. Karena dengan dakwah, hanya dengan jalan dakwah, seseorang bisa menjadi lebih baik. Ada perbaikan iman dan amal. Orang yang berilmu, orang alim, jika tidak dakwah, maka ilmunya akan menggelap hati. Sedangkan orang dakwah, walau ilmunya sedikit, walau miskin-miskin, walau bodoh-bodoh, maka Allah akan menerangi hatinya.

Namun demikian meski berdakwah, mengajak manusia pada Allah, hakikat dan tujuannya semata-mata perbaikan diri. Lingkungan, orang-orang di sekitar kita, semuanya dalam genggaman dan pengawasan Allah. Jika Allah kehendaki semuanya taat, semuanya menjadi orang baik, ini mudah saja bagi Allah. Allah bisa menjadikan makhluk-makhluk punya sifat taat seperti para Malaikat. Selalu bertasih, memuji Allah. Taat dengan semua kehendak Allah. Namun, Allah memberikan kesempatan ini kepada manusia. Apakah mau ikuti perintah-perintah Allah, atau mengabaikannya.

Sebenarnya, setiap orang mengetahui perintah dan larangan Allah. Karena lemahnya iman yakin pada Allah, pasang-surutnya iman, perintah Allah terasa berat dilakukan. Shalat misalnya. Seluruh muslim, paham kewajiban shalat. Mengapa banyak tetangga, teman, kenalan yang nyata-nyata tidak mengerjakan shalat. Padahal, jika meninggakan shalat, maka namanya sudah ada di Neraka. Tertulis di sana. Karena iman yang lemah. Bahkan kadang anggota keluarga sendiri malah tidak shalat. Lebih aneh lagi, kalau kalangan berilmu, tau agama, malah ada tidak mau shalat. Sekalipun shalat, hanya dikerjakan di rumah saja. Karena memang ilmu hanya sebagai penghantar saja. Sebagai pengetahuan, untuk memahami shalat. Ada pun yang menggerakkan agar mau shalat, adalah iman. Iman yang kuat, perintah-perintah Allah seperti shalat, mudah dilakukan tanpa perlu diawasi orang lain.  

Kalau kita sering mendakwahkan kebesaran Allah, keagungan Allah, maka jika terus diulang-ulang, akan masuk ke dalam hati. Karena apa yang kita ucapkan dalam dakwah, pasti telinga kita lebih dekat dengan apa yang kita ucapkan sendiri. Kalau sudah muncul sifat ini, maka diri kita akan lebih mudah menerima perintah-perintah Allah. Sifat takwa terus tumbuh. Sehingga gairah amal-ibadah akan meningkat. Perbaikan yang sebenarnya, akan terwujud. 

يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ.

Bertakwalah pada Allah. Ucapkan dengan teguh kalimat la ilaha illallah (perkataan Tauhid) . Maka akan diperbaiki amal-amalmu, dan diampuni dosa-dosamu.

Dengan cara beriman kepada Allah, lalu berdakwah, akan diampuni dosa-dosa. Akan dicuci. Segala bentuk kemusyrikan, perlahan akan dikikis. Sehingga para alim-ulama katakan, taubat yang sesungguhnya adalah dengan cara berdakwah. Karena akan ada balasan berupa surga. Sedangkan orang yang berhak atas surga, adalah yang bersih-bersih saja. 

***
Dalam waktu yang sebentar ini, nisab 3 hari ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Antara lain ;
Niat perbaikan aqidah,
Niat perbaikan ibadah,
Niat perbaikan mu’amalah,
Niat perbaikan mu’asyarah, dan
Niat perbaikan akhlaq.

Niat perbaikan aqidah. Perbaikan aqidah hanya dengan berdakwah. Sebab, jika diibaratkan kita sebagai penjual barang (sales-marketing), kita harus yakin, kalau barang ini berguna. Yakin, kalau barang ini juga akan laku. Jadi, harapannya, setelah ada di sini 3 hari, keyakinan kepada Allah semakin bertumbuh mantap. Aqidah kita, yakin kalau Allah Maha Pencipta-Maha Merajai- dan Maha Pemberi Rezeki. (Allah Khaliq-Allah Malik-Allah Raziq). Kita ulang-ulang kalam dakwah.

Apabila dalam program jaulah, di jalan melihat rumah megah, tidak terkesan. Baca do'a agar kemewahan rumah orang, tidak masuk dalam hati. Banyak dzikrullah, yakinkan hati, kalau kemewahan itu Allah yang berikan. Di akhirat, kita akan lebih kaya lagi, lebih mewah dari rumah sebesar apa pun di dunia ini.  

Niat perbaikan ibadah. Ibadah adalah penunjang dakwah. Ibadah bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Dalam masa 3 hari ini, ibadah sunnah perlu ditingkatkan. Yang malas tahajud, jadi tambah rajin, karena dibantu dengan suasana di sini. Kemudian yang belum bergairah baca al-Qur'an, maka jadi tambah semangat. Kita perbanyak ibadah, terutama amalan sunnah.

Ketiga, perbaikan mu'amalah. Mu'amalah adalah hubungan sesama manusia, yang menyangkut ekonomi. Misalnya jual beli, bekerja, hutang-piutang, pinjam-meminjam. Intinya ada hubungan soal ekonomi. Jadi, harapannya, dengan belajar, tau hukum-hukum dan adab dalam Islam, soal ekonomi. Misalnya, setelah pulang dari 3 hari, segera berusaha melunasi hutang-piutang. Karena hutang, adalah separuh jiwa. Artinya, jika kita berhutang, maka ada rasa takut kepada pemberi hutang. Contoh lain, misalnya berdagang. Harapannya, dalam usaha jual-beli, meninggalkan cara-cara haram dalam mencari harta. Curang dalam timbangan, dan lain-lain. Harta haram, adalah pengundang bencana, pembuat do'a menjadi tidak makbul.

Lalu, berikutnya, mu'asyarah. Perbaikan ini, menyangkut perbaikan dalam pergaulan. Jadi, tinggalkan orang-orang yang berperilaku buruk dalam keseharian kita. Kecuali, ada niat yang kuat dalam hati, agar bisa menyampaikan dakwah. Mu'asyarah penting, karena lingkungan pergaulan, berpengaruh pada jiwa seseorang. Jangankan dengan manusia, bergaul dengan hewan saja, berpengaruh. Rasulallah Saw pernah contohkan, penggembala kambing jiwanya akan lebih lembut, daripada penggembala kuda atau unta. Penggembala kuda dan unta, akan tercemar dengan sifat ternaknya yang terkesan; besar, kuat, dan tangguh. Jadi menurut baginda Rasul, bergaul dengan kuda dan unta, saja dapat mewarnai kejiwaan seseorang, sehingga tampak merasa lebih gagah, lebih perkasa.

Juga, dalam mu'asyarah pada lingkungan keluarga. Sayang istri, hargai anak, wujudkan silaturahmi pada tetangga. Terutama menjenguk orang yang sedang sakit. Da'i adalah contoh. Suri tauladan. Perbaikan pada hubungan-mu'asyarah, tentu sangat penting. Jangan sampai dianggap sebagai angkuh, dan mau menang sendiri. Terutama, tinggalkan perdebatan. Karena, berdebat hanya akan membuat hidayah lari. Allah benci orang yang bertikai. Kata Syech abdul Qodir Jailani rahmatullah 'alaihi, "berdebat dengan orang jahil, hanya akan mengeraskan hati, dan memperbanyak dosa saja."  

Terakhir, adalah akhlaq. Adab seseorang, lebih dihargai daripada ilmu seseorang. Ketinggian ilmu seseorang,  karena punya etika yang baik dalam pergaulan. Sayang kepada yang muda, hormat kepada yang lebih tua. Bersifat rendah diri, pada ulama. Masyayikh kita berpesan, agar menghormati 4 kelompok orang; ulama (ahli ilmu agama), ahli dzikir-ibadah, ahli tasawuf (tarikat), dan hafidz al-Qur'an. Mereka-mereka ini adalah pasak atau tiang suatu kampung. Sebagus apa pun dakwah seseorang, jika melecehkan ulama atau tokoh yang dihormati, maka akan dilawan dakwah oleh para pengikutnya. Jadi penting untuk menjaga tertib dakwah dengan menghargai mereka. Duduk di majelis-majelis mereka. Sebagai perbaikan adab atau akhlak, setelah 3 hari program ini. Baginda Rasul Saw berdakwah dengan akhlaknya.

Manfaat dari program 3 hari ini akan sangat terasa di dunia. Jika dijaga, diamalkan dengan sungguh-sungguh.  Lalu, apa balasannya, apa untungnya jika kita taat pada Allah, cinta rasul, menghormati sahabat, dan beramal soleh? Ampunan Allah, akan diminumkan Rasulallah Saw, dari tangan beliau sendiri saat di telaga Al-Kaustar. Didunia, akan timbul zuhud dalam mengarungi hidup. Dan wara' dalam agama. Allah akan sayang, akan bantu semua kesulitan dalam hidup kita. Aaamieeenn..  

***
# Penutup
Mudah-mudahan ada yang perbaiki, jika apa yang saya tulis ini pasti banyak kesalahan. Sebab, dakwah yang sebenarnya adalah terjun langsung. Apa yang saya ketik ini, adalah sebagai catatan saja. Lagipula saya ini masih belum paham betul, soal dakwah para 'anbiya tempo dahulu. Lebih banyak korban untuk agama, akan lebih paham lagi. Insya Allah…

Jakarta, 18 Rabi' Awwal 1437. 01:47 AM.

Hamba Allah,




No comments:

Post a Comment

Komentar dari kamu, menjadi sedekah yang dicatat Allah. Silahkan beri komentar untuk kemajuan blog ini.