... DAKWAH > untuk Kemajuan diri dan Ummat I Qur'an > jantungnya Surat Yaasin I Masjid > jantungnya masyarakat Islam I Shalat berjamaah > jantungnya masjid I Silaturahmi > jantungnya umat Islam I Dakwah > jantungnya agama I Pengorbanan > jantungnya dakwah I Musyawarah > jantungnya pengorbanan I Sami'na wa atha'na > jantungnya musyawarah I Dakwah > maksud hidup I Hidup > dakwah I Dakwah > sampai mati I Mati > dalam dakwah I La ilaaha illallah muhammadur rasulallah ....

Tuesday 26 January 2016

Kaki Anak-Anak Masuk Masjid

Hari ini, kami baru pulang nisab 3 hari. Di sebuah masjid tetangga. Masjid besar dengan jamaah yang sudah makmur. Masjid yang mengutamakan kebersihan. Masjid ummat yang dibangun oleh pemerintah. Ada 1000 kepala keluarga di tempat itu.  Namun, nasibnya sungguh mengkhawatirkan. Beberapa Ahbab tempatan yang sudah pernah 3 hari banyak yang malu-malu. Yang sudah pernah 40 hari juga sama.

Syukur, Alhamdulillah akhirnya, kami juga sampai di sana. Kami memulainya dari hari Sabtu. 3 orang saja. Sudah sering kami begitu. 3 orang, asal semuanya mau turun-naik gantian 'bayan,' semuanya siap jadi mutakkallim, kuat amal, pasti jadi. Karena Allah bersama kami.

Kami emang agak 'gembel.' cukup dengan 2 suprah, 2 nampan, gelas plastik seadanya, ditambah rice cooker, sudah bisa jadi alat hidmat andalan. Kami menghindari banyak minum kopi, atau minuman ringan lainnya, agar lebih mujahadah. Teko plastik juga enggak dibawa. Pokoknya seringkas mungkin. Bahkan kami tidak pakai matras -- apalagi kasur. Juga tidak dengan "jaring anti nyamuk." bahkan, sengaja tidak pakai 'obat nyamuk oles dan sejenisnya,' agar mudah bangun tahajjud-nya. Nyamuk? Mana ada di Jakarta yang enggak ada nyamuknya. Pasti ada.

Hari pertama akhirnya nambah satu orang. Hari berikutnya juga sama, nambah satu orang lagi. Sayangnya orang tempatan, masih malu-malu. Akhirnya hanya banyak anak-anak kecil. Kira-kira ada 7 orang yang sering berjamaah.

Anak-anak ini rupanya ada masalah hafalan. Tak ada satu pun dari mereka yang hafal Qur'an. Bahkan setingkat Juz' amma, jarang yang bisa mengaji. Akhirnya mereka kami ajarkan do'a ilham. Sudah bolak-balik, mereka juga belum hafal. Rata-rata mereka semua tingkatan SD. Hanya satu orang yang SMP. Do'a ilham berguna untuk menghadapi ujian sekolah. Syaratnya harus belajar sungguh-sungguh. Nah, waktu ujian, harus banyak istirahat. Tinggal baca do'a ilham, agar mereka jadi ingat apa yang mereka pelajari sebelumnya.

Tapi dengan hati yang tulus, niat yang bersih, alhamdulillah mereka semua sudah hafal. Tapi bareng-bareng. Kompak banget. Kalau sendirian. Diuji satu demi satu, masih berantakan hafalannya. Hanya 2 orang yang hafal (cerdas). Hari ke-dua, kami ajari do'a masuk masjid. Dan harus pakai kaki kanan. Kalau pakai kaki kiri, berarti belum ngerti agama. Keluar masjid, harus dengan kaki kiri. Juga ada do'anya.

Setelah pelajaran soal do'a masuk masjid, esok harinya anak-anak itu rupanya duduk di depan pintu masjid. Mereka akan menebak setiap ada yang masuk masjid pakai kaki yang mana. Ada orang tua yang masuk ke masjid, rupanya anak-anak itu langsung protes. Kok, ada yang masuk ke masjid pakai kaki kiri. Ketika ia tanyakan kepada saya, saya jawab, mungkin saja mereka lupa.  

Tak lama ada 1 dari 7 orang anak yang masuk ke masjid. Tapi kaki kiri terlebih dahulu. Lalu saya perintahkan keluar dahulu, lalu masuk lagi pakai kaki kanan. Dengan malu-malu, anak itu akhirnya mau melakukannya.

Setelah kejadian itu, rupanya mereka ingin "balas dendam." Setiap orang yang 'bergamis' di antara kami diperiksa apakah pakai kaki kanan, atau kiri dahulu kalau masuk masjid. Termasuk saya, mereka langsung amati. Alhamdulillah ga ada satu pun dari ahbab yang I'tikaf masuk ke masjid dengan kaki kanan. :) Barang kali alasannya 2 hal; Pertama, kami mengajarkan dengan mencontohkan. Kedua, kami memuliakan masjid. Di rumah Allah mana pun, kami insya Allah pakai kaki kanan. InsyaAllah..

Mulai sekarang, anak-anak di daerah itu, insya Allah akan melangkah ke tempat kebaikan, dengan kaki-kaki mungil mereka sebelah kanan. Bagaimana dengan bapak2nya?




No comments:

Post a Comment

Komentar dari kamu, menjadi sedekah yang dicatat Allah. Silahkan beri komentar untuk kemajuan blog ini.